Kamis, 15 Januari 2009

Artikel:
Menakar Integrasi IPA dalam KTSP


Judul: Menakar Integrasi IPA dalam KTSP
Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan bagian KURIKULUM / CURRICULUM.
Nama & E-mail (Penulis): Sismanto
Saya Guru di
Topik: Kurikulum
Tanggal: 2 Juli 2007
Suatu program pembelajaran akan dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan apabila direncanakan dengan baik. Ditengarai ada tiga hal yang menjadi perhatian banyak pihak dalam kegiatan pembelajaran. materi apa yang akan diajarkan, bagaimana cara mengajarkan serta bagaimana cara mengetahui bahwa proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif.

Pertama, Kurikulum Tingkat Satuan Pendiidkan dirancang untuk dapat menghasilkan lulusan yang kompeten memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan tiga hal pokok dalam pembelajaran.

Kurikulum IPA pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga dirancang sebagai pembelajaran yang berdimensi kompetensi. Sebab, IPA memegang peranan penting sebagai dasar pengetahuan untuk mengungkap bagaimana fenomena alam terjadi. Dengan begitu, IPA menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai bagian dari pengetahuan yang harus dimiliki memasuki era informasi dan teknologi. IPA sekaligus memberi kontribusi besar bagi pengetahuan yang terkait dengan isu-isu global dan mutakhir

Standar kompetensi IPA untuk lulusan SMP dirumuskan dengan mempertimbangkan standar kompetensi yang telah dikuasai lulusan sekolah dasar dan juga tingkat perkembangan mental peserta didik SMP. Pengembangan kurikulum IPA merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan desentralisasi. ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran dengan keadaan dan kebutuhan setempat.

Lebih lanjut, IPA umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi. Sehingga pengembangan kemampuan peserta didik dalam bidang IPA merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dunia memasuki era teknologi informasi.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendiidkan (KTSP) pokok pembelajaran IPA memiliki materi yang memuat kajian dimensi objek, tingkat organisasi objek dan tema atau persoalan aspek fisis, kimia dan biologi. Pada aspek biologi, IPA mengkaji berbagai persoalan yang berkait dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup berbagai tingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada benda tak hidup. Untuk aspek kimia, IPA mengkaji berbagai fenomena atau gejala kimia baik pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam semesta.

Meminjam bahasanya Bentley dan Watts bahawa Pengajaran IPA dikembangkan berdasarkan persoalan atau tema IPA untuk dapat dikaji dari aspek kemampuan peserta didik yang mencakup aspek mengkomunikasikan konsep secara ilmiah, aspek pengembangan konsep dasar IPA, dan pengembangan kesadaran IPA dalam konteks ekonomi dan social . Konsep pembelajaran IPA tersebut berarti mengandung seluruh aspek yang berhubungan dengan pengetahuan untuk dapat menanggapi isu lokal, nasional, kawasan, dunia, sosial, ekonomi, lingkungan dan etika, serta menilai secara kritis perkembangan dalam bidang IPA dan teknologi serta dampaknya.

Agar peserta didik SMP dapat mempelajari IPA dengan benar, maka IPA harus dikenalkan secara utuh, baik menyangkut objek, persoalan, maupun tingkat organisasi dari benda-benda yang ada di dalam alam semesta. Dengan begitu agar peserta didik SMP dapat mengenal kebulatan IPA sebagai ilmu, maka seluruh tema dan persoalan IPA pada berbagai jenis objek dan tingkat organisasinya hendaknya kajiannya luas memenuhi keutuhannya. Dengan kata lain bahwa IPA sebagai mata pelajaran di SMP hendaknya diajarkan secara utuh atau terpadu, tidak dipisah-pisahkan antara biologi, fisika, kimia dan bumi antariksa.

Pada konteksnya IPA di SMP diajarkan dengan pemisahan antara biologi, fisika dan kimia. Ketidakutuhan konsep IPA dalam pembelajarannya sebagai ilmu yang mencakup aspek IPA, teknologi dan masyarakat tidak terlingkupi, juga secara psikologis berat bagi peserta didik SMP. Padahal, mengingat perkembangan mental peserta didik usia SMP oleh Piaget sebagian besar pada taraf transisi dan fase kongkrit ke fase operasi formal, maka diharapkan sudah mulai dilatih untuk mampu berpikir abstrak. Artinya, pembelajaran IPA di SMP secara utuh mengajak peserta didiknya untuk mulai ke arah berpikir abstrak dengan mengenalkan IPA secara utuh dengan harapan muncul upaya penyelidikan-penyelidikan ilmiah.

Menjadikan materi IPA di SMP secara terpadu seperti yang digariskan oleh Kurikulum KTSP semata untuk merespon pertanyaan kritis mengenai materi IPA sebelumnya yang hanya menekankan pada "subject matter oriented program". Sehingga, materi IPA kurikulum KTSP untuk SMP didesain untuk menjawab persoalan-persoalan pada masalah-masalah global. Sayangnya, sistem pendidikan nasional secara nyata sampai saat ini belum melahirkan secara khusus guru IPA, melainkan menghasilkan guru biologi, kimia dan fisika. Untuk itulah IPA di SMP diajarkan secara terpisah sekaligus mengakomodasi keberadaan guru biologi dan fisika.

Implementasi Pembelajaran IPA

Landasan filosofis pembelajaran IPA terpadu ialah filsafat pendidikan Progresivisme yang dikembangkan oleh para ahli pendidikan seperti John Dewey, William Kilpatrick, George Count, dan Harold Rugg diawal abad 20 . Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar "naturalistik", hasil belajar "dunia nyata" dan juga pengalaman teman sebaya.

Pembelajaran IPA terpadu merupakan konsep pembelajaran IPA dengan situasi lebih alami dan situasi dunia nyata, serta mendorong siswa membuat hubungan antar cabang IPA dan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari hari. Pembelajaran IPA terpadu merupakan pembelajaran bermakna yang memungkinkan siswa menerapkan konsep-konsep IPA dan berpikir tingkat tinggi dan memungkinkan mendorong siswa peduli dan tanggap terhadap lingkungan dan budayanya.

Dalam pembelajaran IPA hendaknya guru dapat merancang dan mempersiapkan suatu pembelajaran dengan memotivasi awal sehingga dapat menimbulkan suatu pertanyaan. Dengan begitu, guru yang bertugas dapat mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa dalam melaksanakan pembelajaran berdasarkan inkuari. Ciri utama pembelajaran IPA adalah dimulai dengan pertanyaan atau masalah dilanjutkan dengan arahan guru menggali informasi, mengkonfirmasikan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dan mengarahkan pada tujuan apa yang belum dan harus diketahui. Jadi terlihat bahwa siswa akan dapat menemukan sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan yang timbul diawal pembelajaran. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh diharapkan tidak dengan jalan mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dengan jalan menemukan dan menggeneralisasi sendiri sebagai hasil kemandiriannya.

Dengan begitu, untuk pembelajaran IPA hendaknya dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya heterogen, untuk dapat bekerja sama, saling berinteraksi dan mendiskusikan hasil secara bersama sama, saling menghargai pendapat teman, sampai dapat memutuskan kesimpulan yang disepakati bersama.

"Anak IPA itu... bawa tas segede galon, pake kacamata setebal kulkas, ke mana-mana bawa ensiklopedia, terus mainnya catur.

Kalau anak IPS, bawa tas kayak mau ke mal, pake soft lens berwarna, ke mana-mana bawa komik atau majalah, terus mainnya game online." Waduh, guys, masih zaman ya stereotip kayak gini?

Zaman sekarang, yang namanya anak IPA atau IPS enggak mungkin dibedakan secara sempit, tapi harus menyeluruh. Penjabaran sempit cuma mengundang kontroversi. Sebenarnya anak IPA dan IPS punya banyak kesamaan, juga perbedaan.

Persamaan

Hampir semua anak IPA rajin dan anak IPS malas? Coba sekali-kali masuk ke kelas IPA kalau guru lagi nggak ada. Dari 30 siswa, paling hanya 10 yang mengerjakan tugas. Lainnya? Cuma mengasah kemampuan menyalin. Ini sama dengan kelas IPS kalau nggak ada guru. Kemungkinan cuma sebagian kecil yang tekun dengan tugas.

Anak IPA nggak mau diajak kompak? Justru, setelah penjurusan IPA dan IPS, seharusnya kelas lebih kompak dibanding kelas 10 karena siswa-siswinya punya banyak kesamaan, mulai dari hobi sampai kepintaran. Selain itu, IPA juga nggak kalah sama IPS dalam kekompakan. Buktinya, kelas IPA di sekolah saya selalu mendapat juara pertama dalam lomba kostum, di mana semua siswanya pakai baju sesuai tema yang ditentukan dan berhasil menyeragamkan diri.

Anak IPA kerjanya baca ensiklopedia, anak IPS baca komik atau majalah? Salah besar. Anak IPA juga suka baca komik dan novel. Anak IPS juga suka baca koran untuk tahu perkembangan politik terbaru.

Anak IPA mainnya catur, anak IPS main game online? Wah, salah besar. Anak IPS ada yang hobi catur, anak IPA pun ada yang hobi main game online.

Anak IPA berpikir logis, anak IPS mengandalkan emosi? Coba tanya temanmu yang lagi jatuh cinta. Biar si doi minta ditemenin metik stroberi pagi-pagi buta atau minta diajarin manjat pohon pinang, baik IPA maupun IPS akan sigap setiap saat. Siapa sih yang nggak berbunga-bunga kalau lagi jatuh cinta? Siapa yang nggak sedih kalau patah hati?

Perbedaan

Baik anak IPA maupun IPS punya keingintahuan, tapi bentuk keingintahuan itu berbeda. Misalnya, ada kelapa dilempar pas ke atas kepala si Ucok. Anak IPS bertanya, "Kira-kira siapa pelakunya dan kenapa dia jadi sasaran?" Sedangkan anak IPA bertanya, "Gimana caranya melempar dari jarak sekian, dengan sudut lemparan segitu, agar bisa pas jatuh di kepala Ucok yang lagi jalan dengan kecepatan semeter per sekon?"

Cara penyelesaian masalah anak IPA dan IPS pun berbeda. Misalnya, setelah dilempar kelapa, si Ucok pingsan. Anak IPS segera mikir cara mencari bantuan andal dalam waktu cepat. Anak IPA mikir jaringan apa yang mungkin rusak dan gimana caranya agar kerusakan itu nggak menyebar ke jaringan lain. Bisa dilihat kan, anak IPA cenderung lebih individualistis dibandingkan IPS. Anak IPA berpikir apa yang dapat IA lakukan untuk orang lain, anak IPS berpikir BERSAMA lebih baik.

Kepintaran anak IPA dan IPS juga berbeda. Anak IPA pasti lebih unggul dalam hitung-menghitung, anak IPS unggul dalam menghafal. Anak IPA memasang spanduk "big no no" kalo disuruh menghafal sistem kemasyarakatan. Anak IPS melakukan hal sama kalo disuruh mikir saraf mana yang bikin Ucok kesakitan dan apa implikasinya.

Nah, secara pengambilan jurusan untuk anak kelas 1 makin dekat, sudahkah kalian memutuskan jurusan terbaik yang mau diambil? Jangan tanya mana lebih baik, IPA atau IPS. Keduanya punya kelebihan dan kekurangan. IPA atau IPS? YOU decide! =)

1 komentar:

  1. Salam..... mo ikutan penulisan antologi remaja? Liat pengumumannya di blog penaanandaclub.wordpress.com. Salam sukses.....:thumbsup:

    BalasHapus